Gaya “oposisi lokal” dan menantang arus merupakan salah satu cirri paling khas arsitektur sinan. Sebab pada umumnya lebih memfokuskan pa...
Gaya “oposisi lokal” dan menantang arus merupakan salah satu cirri paling khas arsitektur sinan. Sebab pada umumnya lebih memfokuskan pada bagian dalam bangunan (interior) ketimbang bagian luar (exterior) yang bertumpu pada akar tradisi arsitektural Turki klasik.
Maestro arsitektur ini acapkali gemar mengkombinasikan dan mengawinkan bentuk-bentuk kubah. Umpama paduan bentuk bujur sangkar dan lingkaran ukuran kecil serta setengah kubah. Lantas kadang-kadang kubah ia imbangi dengan menara-menara kutilang (kurus tinggi langsing) di tiap pojok bangunan. Ini dapat dinikmati pda karya-karya fenomenalnya : Mesjid Sehzade (Sehzade Kulliye ; Sehzade Cami ; Mesjid Pangeran rampung pada 1548 M) dan mesji sulaiman I (Sulaiman Kulliye ; berdiri pada 1549 – 1557 M). keduanya berada di Istambul. Juga Selimiye Mosque (Selimiye Cami ; Mesjid Sultan Salim II ; dibangun pada 1568 – 1575 M) di Adrianopple (Edirne) Turki.
Konstruksi mesjid Sehzade seperti sekian banyak mesjid hasil karyanya dinilai sedikit masih merujuk pada model dan desain Hagia Sophia, suatu bentuk arsitektur puncak Bizantium abad ke-6 tapi dengan sejumlah kreasi inovatif dari segi teknis, ukuran dan esatetika bangunan. Mesjid cantik ini ditata berdasarkan kerangka besar perencanaan terpadu antara bujur sangkar (ruang shalat dengan 16 kubah dan ditopang pilar-pilar marmer kelas wahid) dan bujur sangkar luar (halaman mesjid).
Kubah pusatnya bergaris tengah sekitar 62 kaki (18,9 m) dengan tinggi dalam 121 kaki (37 m). volume ruang shalat berbentuk kubus berukuran 124 2/3 kaki (38 m) persisi. Tinggi luarnya sama sehingga bentuknya tak ubah seperti bentu ka’bah.
Golden Section
Adapun mesjid sultan Sulayman (Mesjid termegah di Istambul dan dikenal pula dengan Tekkiya) pleh banyak pakar arsitektur dinilai sebagai kreasi Sinan yang paling dahsyat. Satu cirri khas yang mencolok adalah dengan membuang kubah-kubah sebelah utara dan selatan guna memperbesar lagi diameter kubah pusat menjadi 102 kaki (31) lebih sementara perbandingan-perbandingan bujur sangkar mesjid itu sebagai satu keseluruhan, termasuk aula shalat dan halaman tepat sama dengan irisan emas (golden section). Irisan emas merupakan pembagian suatu garis menjadi 2 bagian dengan perbandingan istimewa yakni 1,618 berbanding 1, atau 1 berbanding 0,618.
Selain itu pada dasarnya ada pula perbedaan pokok antara mesjid ini dengan karya2nya yang lain yaitu ke-4 menaranya di ke-4 pojok aula shalat semua tegak diseputar kubah sentral extra luas bagai lilin-lilin ceking dan jangkung yang menyodok awan namun kebal terhadap terpaan angin kencang. Walaupun tingginya masing-masing relative sama (90 m) namun Cuma punya garis tengah 3,8 m. jadi kalau di foto dari atas akan tampak seperti roket-roket dengan buritan persegi 8. Itulah format arsitektur simbolik yang melambangkan kekokohan dan keteguhan orang shalat.,
source : Cendikiawan Muslim, Dari Khalili sampai Habibi.
